Posts

Showing posts from August, 2015

Unik, Selamat Untukmu

Image
oh, begitu cepatnya waktu datang dan berlalu berkejaran hingga kita pun tak sempat menghitung berapa banyak langkah tercipta hari ini kau berulang tahun  satu pertanda hari ini jadi milikmu ya selamat untukmu aku ucapkan bahagia yang menjelang dan janganlah terlupa puji syukur kepada-Nya karna masih Dia berikan sejumlah usia dan segalanya kepada kita ya selamat untukmu aku doakan tergapailah semua citamu masa nanti selamat untukmu ............. (dinukil dari lagu "Selamat Untukmu" - Jakarta Rhythm Section)   Seperti kata pepatah, lebih baik terlambat daripada tidak, maka saya pun mendapat pembenaran untuk mengucapkan selamat kepada mamah yang satu ini. Rahmah Kuniyati versi lengkapnya, Unik versi pendeknya. Lahir tanggal 24 Agustus 19xx.   Eh, sebenarnya sih ada dua mamah yang ultah pada bulan Agustus ini, satunya Tri Wulan Andari, yang lahir tanggal 13 Agustus 19xx. Sayangnya saat dia ultah, blog ini belum lahir. Jadi, tahun d

Hari yang Luar Biasa (Bagian II)

Image
Apa yang tak hilang tertiup zaman? Kenangan!   Para mamah dan papah lagi bergaya Ya, kenangan itu tidak hilang. Meski zaman berganti, kenangan tetap ada, tersimpan aman dalam memori, terendap sejenak dalam angan untuk muncul kembali menyeruak memenuhi   pikiran dan… rasa. Suatu ketika. Sepulang dari rumah Agus, di sepanjang jalan, kenangan masa lalu berkecamuk di sekujur raga. Pasar Tawangsari, Jembatan Banmati, Kretek Dingin, dan Sritex membangkitkan lagi kenangan masa-masa SMA yang lama terpendam. Samar-samar kenangan itu menjelma menjadi bayangan: Agus (dengan bebek 75 warna birunya) atau Widodo (dengan RX King-nya) atau teman-teman lain yang berasal dari Tawangsari, Bulu, Weru, melintasi tempat-tempat itu sewaktu berangkat sekolah, ah begitu penuh warna. Sekalipun sudah banyak yang berubah di sana-sini, terutama di seputaran Sritex, bayangan itu tetap saja tak berubah. Satu hal yang tak mungkin kulupa adalah saat main ke rumah Agus, 27 atau 28 tahun lalu. En

Hari yang Luar Biasa (Bagian I)

Image
Hari itu tak dapat dilukiskan dengan kata-kata... Waktu sudah menunjukkan pukul 13.00, tapi Udin yang janjian jam 12.00 akan berangkat bareng belum juga kelihatan buntutnya.  Satu jam menunggu itu setara seratus tahun rasanya. Apalagi yang ditunggu podho lanange. Akhirnya dengan berat hati kuputuskan meninggalkanmu, Din. Maafkan aku, tapi itu jalan terbaik bagi kita. Sop buntut jelas lebih menggiurkan daripada buntutmu...hahaha Dengan vario putih kebanggaan keluarga, kulesatkan diri menuju tempat yang disepakati, rumah Eny. Dengan kecepatan setara Valentino Rossi, varioku menyibak keramaian jalanan Solo - Klaten, lalu mengiris meliuk jalanan Kepoh - Juwiring - Tanjung - Serenan. Wuzzz....hingga masuk kawasan Sukoharjo. Tanpa mampir Carikan, tanah tumpah darahku yang kucinta, kuputuskan untuk bablas saja menuju Calen. Terus terang, saya buta tentang daerah Calen karena memang di peta nggak tercatat (sorry lho En). Namun, berkat ancer-ancer dari Eny dan sedikit spacial intuition ,

Ada Kamu di Ruang A Dua Dua

Image
saat kutatap wajahmu, gelora menjalari tubuhku,  ada gelitik meraga menyusup relung kalbu, hangat terasa di jiwa gemuruh terasa di dada kudapati rasa itu sebagai cinta   dan aku hanya diam meski hatiku meronta-ronta ada kamu di ruang A dua dua ...cieee Sebagian personel alumni A2.2 setelah 27 tahun, tetep cantik-cantik dan ganteng-ganteng Ah, barangkali itu dapat mewakili apa yang terjadi dua puluh tujuh tahun lalu di ruang kita, ruang A dua dua. Ya, memang waktu itu tak ada kata terucap dan tak ada ucap terungkap. Saat itu sebongkah batu menghimpit lidah, diperlukan keberanian dan usaha keras untuk menggerakkannya. Yang sering terjadi, kata dan ucap itu datang terlambat atau berakhir menjadi misteri ilahi. Lho itu kenyataan! Lalu segalanya terungkap, saat semuanya telah menjadi bangkotan (...eit, jangan salah ya, bagi A dua dua, bangkotan adalah masa lucu-lucunya, tepatnya kenthir-kenthirnya. Meskipun bangkotan, warga A dua dua tak pernah kehilangan pesonanya). Sem

A2.2, Bersama Kita Tumbuh di Sana

Image
Dinding tua jadi saksinya... Tempat Parkir Sebelah Timur Seberapa pentingkah kehadiran masa lalu pada masa kini? Barangkali pertanyaan tersebut akan menuai banyak jawaban. Dapat dimengerti karena pertanyaan tersebut bersifat individu, sangat individu. Jawaban dari pertanyaan tersebut sangat bergantung pada cara seseorang memaknai masa lalu.  Ada yang menganggap masa lalu sebagai penggalan hidup yang layak dikenang, ada juga yang menganggapnya sebagai angin lalu yang layak dibuang.  Ada yang mengidentikkan masa lalu sebagai kelucuan, ada juga yang menyamakannya dengan ketololan.  Ya, masa lalu sangatlah multimakna.  Terlepas dari bagaimana seseorang memaknainya, masa lalu adalah penggalan hidup yang tidak mungkin dapat disangkal. Bagi kita yang pernah tercatat sebagai murid kelas A2.2 lulusan 1988, kita tidak bisa menyangkal bahwa kita pernah bersama dalam satu ruang untuk mengikuti pelajaran PMP. Kita tidak dapat menyangkal bahwa kita merasakan tegangnya

Paradiso Solo Baru 09 Agustus 2015

Image