Tur Rombongan Pasar Esuk

 

Jam menunjukkan pukul 08.00. Pusat pelayanan publik yang berlokasi di distrik Calen tampak begitu semarak dan semanak. Suara riuh rendah yang datang dari kami, sekelompok remaja di tempat itu, mengalahkan bunyi knalpot kendaraan yang lalu lalang di jalan depan rumah. Kami sedang menunggu pujaan, eh bukan, menunggu bus, kendaraan yang akan membawa kami ke sebuah negeri ꦮꦤꦒꦶꦫꦶ. Hayo apa bunyinya? Hahaha.

Ini hanya sebagian hidangan
di Pusat Pelayanan Publik
Dari buku absensi, tercatat nama-nama sebagai berikut. Di kubu remaja putri ada Ipung, Trimur, Triwin, Asih, Surip, Hendarti, Bandari, dan tentu saja kepala pusat pelayanan publik, Eny. Sementara itu dari kubu remaja putra ada Alkid, Udin, Imam, Si manusia tanpa rasa sedih (Sumyah), dan Tom Cruise. Oya, jangan lupa partner gokil nan abadi kepala pusat npelayanan publik, Iyom.

Namanya remaja, tentu banyak cerita. Si ini cerita itu, si itu cerita anu. Saling bersautan, ngalor ngidul tanpa jeda. Mirip lah sama radio tanpa antena. Kemrodok.

Apa nggak kering tuh tenggorokan dipakai ngomong terus. Jangan khawatir, di meja telah tersedia minuman surga, teh jahe. 

Srupuuuut …..aahhh (geleng-geleng) … dhodho mburi…. Geeerrrr!

Menemani kami menyeruput teh jahe, di meja telah menunggu berbagai varian makanan. Pisang goreng, tempe garit, utri, mendut, pawon, plaosan, borobudur, prambanan, wuaah semua mengundang selera. Semua itu disiapkan oleh Bu Guru Eny selaku kepala pusat pelayanan publik yang juga merangkap seksi pengadaan, seksi perlengkapan, seksi konsumsi, dan seksi huru hara. Luar biasa memang beliau ini dalam menjalankan amanah Pasal 34 UUD ’45:

Fakir miskin dan anak-anak telantar dipelihara oleh Bu Eny. 

Wkwkwk.

Rencananya, pukul delapan kami harusnya sudah take off. Apa boleh buat, rencana tinggal rencana. Bus yang kami tunggu belum datang jua. Yaudah, kami lanjutkan …..makan! Imam sampai habis tempe delapan. Doyan apa laper, Mam? Tapi keren banget lho Imam ini. Dia datang jauh-jauh dari Jakarta hanya untuk ikut acara hora hore ini. Mantab, Brad.

Brader Imam dan Kepala Pusat
Pelayanan Publik

Oya, kami tetap menjaga prokes, lho. Untuk mengawal prokes, kami mendatangkan satgas, langsung dari Bogor. Tidak tanggung-tanggung, sepasang satgas kami datangkan, Harjani dan si Abang. Jobdesk-nya: semprot sana semprot sini. Kadang nyemprot pakai botol, tak jarang pakai mulut: “Kok pada nggak pakai masker siiih…!” Hahaha.

Ada adagium yang mengatakan, Gagal membuat perencanaan sama dengan merencanakan kegagalan. Prut!  Ternyata adagium itu tidak berlaku untuk grup Sarwo Edy. Buktinya hari itu. Meskipun perencanaan melenceng, kami justru meraup sukses besar.

Akhirnya bus yang kami tunggu pun tiba. Wow. Bus itu besaaaar dan panjaaaang. Pantesan tadi sulit masuk gang. Rupanya karena itu busnya terlambat datang, harus pemanasan dulu lalu  …. Kebablasen! Huahaha.


Oya, bus milik Dishub Sukoharjo ini namanya Gatotkaca Air Line. Bisa terbang dong? Kan Gatotkaca? Iya, bus ini akan membawamu terbang ke hatiku. Cie.


Ini busnya. Panjang banget, kan?

Singkat cerita, kami segera masuk kendaraan berbadan besar itu. Begitu masuk, kami semua dibuat terperangah, takjub bin mlongo. Ini bus apa hotel berjalan syih? Hampir semua fasilitas hotel ada di bus ini. Tivi, ac, karaoke, sofa, meja, kursi, lemari, minibar, teh celup, kopi sachet, gula, pijat refleksi, pijat segar, semua ada. Yang nggak ada cuma kamar mandi. Untungnya kami semua terbiasa nggak mandi. Hahahaha.


Suasana di dalam bus

Tanpa ba bi bu, bus segera meluncur mengiris ruas jalan kota Sukoharjo tercinta.

“Mau ke mana kita?” tanya Dora.

“Jagong manten!”

Tarik maaang….!

Sebelum ke TKP (Tempat Kejadian Pernikahan) kami mampir dulu di warung soto milik “Bose” untuk…apa lagi kalau bukan makan! Kami segera mengisi bangku-bangku yang ada di warung itu. Tidak lama kemudian, soto datang beserta mangkoknya. Tanpa dikomando, kami segera menguras mangkok itu sampai kering. Wuaaah…mantap sekali sotonyaSangat recommended buat teman-teman yang kebetulan main ke Sukoharjo. Suegeeer!  


Warung soto Bose

  

Setelah kebutuhan amunisi terpenuhi, selfa selfi, kami lanjut kembali. Bus melaju menyusuri poros utama jalan raya Sukoharjo – Wonogiri. Sampai di Kepuh kami berhenti, karena Bu Kadis Harni dan sang suami, Mas Seno, mau nunut. Kasihan kalau nggak dikasih tumpangan. Maksudnya kasihan yang lainnya, sebab Bu Kadis ini yang pegang uang. Kalau nanti mampir makan, sing mbayar sopoooo? Wkwkwkwk.

Suasana di dalam bus yang semula meriah, tiba-tiba menjadi gempar begitu Bu Kadis masuk. Busnya sampai oleng ke kiri, oleng ke kanan la la la la la la la. Wakaka.

Dua dalam satu: Bu Kadis dan Kepala Pusat Pelayanan Publik


Di Nguter, bus berhenti lagi. Kali ini untuk mengangkut Tinoek, sosok loyalis dan panutan warga grup Sarwo Edy. Wah, tambah oleng nih, bus. Dan benar, suasana makin meriah total. Lanjuuuut.

Di dalam bus berisiknya jangan ditanya. Mirip pasar pokoknya. Ibu-ibu bicara soal si itu dan si anu, cah kae dan cah kangkung.  Sementara bapak-bapak membicarakan upaya untuk menyelamatkan dunia. Wakakaka. 

Intinya kami berbagi tawa, bercanda, dan bergembira.

Bus terus melaju, menyusuri jalan meliuk dan berliku, sepuluh tanjakan dan tujuh turunan. Di luar sana, rintik hujan mulai menerpa, membasahi kaca jendela, termangu aku dalam renjana. Halah.

Singkat cerita, bus sudah samai di jalan masuk TKP (Tempat Kok Pelosok). Wakakak. Jalan masuk itu kecil banget. Boleh jadi bis bisa masuk, tapi apa bisa keluar. Akhirnya melalui rapat darurat, diambil kata sepakat, bus nggak usah masuk. Terus? Untunglah ada Amy, si pengantin baru. Uhuuuy!

Akhirnya, dengan mobil Amy, kita dilansir, mirip pasir. Diangkut sedikit demi sedikit menyusuri daerah berbukit. Di situasi seperti ini, Iyom, suami Eny menjadi sangat berguna. Hahahaha.

Kalau menjagakkan (halah) mobil Amy, pasti makan waktu. Maka, Iyom inisiatif nyegat mobil yang lewat di jalur itu untuk keperluan…numpang! Sangat solutif. Wakakak.

Sampailah kita semua di TKP (Tempat Kejadian Penganten). Kita dikasih password oleh Bambang saat masuk nanti. Passwordnya ndladhuk sekali: Rombongan Pasar Esuk. Dikiranya kami ini rombongan bakul bumbon apa? Sem! Anehnya, begitu dengar passwaord itu, among tamunya sangat hormat. Wah, lambemu pancen ampuh, Mbang. Belakangan baru kami tahu ternyata Pasar Esuk itu singkatan dari Paguyuban Sarwo Edy Sukoharjo. Hahaha.

Kedua mempelai, eh bukan, kedua orang tua mempelai: Pak Bambang dan Bu Bambang

Kita di tempatkan di serambi, dekat dengan panggung penyanyi. Biasanya ini tempat untuk tamu kehormatan. Wah, cen joss Mbang.

Tibalah saatnya sesi foto-foto. MC menyebut siapa saja yang diminta ke menuju wiwara pawiwahan (halah) untuk diambil gambarnya. Setelah beberapa disebut, MC menyebut Rombongan Pasar Esuk Paguyuban Sarwo Edy Sukoharjo…. Hahahaha. Gokiiiil!

Di panggung penganten, jangan ditanya hebohnya Paguyuban Sarwo Edy. Pengarah gaya sampai geleng-geleng, bingung mau ngatur. Para tamu bertanya-tanya, iki cah ngendiiiii….? Seru. Hahaha.

Kebayang kan hebohnya? Seperti ini berkali-kali lho....


Setelah acara foto-foto, kita masih disuguhi makan. Porsinya jumbo. Masakannya enak mantab pedesnya. Kalau bukan acara hajatan, mungkin udah kita masukin ke tas kresek untuk dibawa pulang hahaha.

Acara jagong manten pun selesai. Kami akan melanjutkan perjalanan. Untuk menuju bus, kami mengandalkan mobil Amy lagi. Lha, ini masalahnya. Mobil Amy terbatas kapasitasnya, sementara kita rombongan dua ratus orang. Akhirnya, bermodal mental baja, Bu Kadis dan Bu Guru naik grab dadakan yang drivernya warga setempat. Hahaha. Lainnya?

Lagi-lagi, di sini bergunanya keikutsertaan Iyom dalam rombongan. Lunyu tenan. Hahaha. Oleh Iyom, rombongan tersisa nyegat mobil yang searah. Akhirnya semua keangkut.

Semua masuk bus lagi. Mau ke mana kita? Makan lagi! Makan lagi? Apa nggak kemlekaren? Tenang, kita masih punya tempat untuk menyimpan cadangan makanan kok, di bawah kulit, dalam bentuk lemak. Hahahaha. Prinsip kita, jangan takut untuk boros makan karena di balik sifat boros itu ada rezeki orang lain. Hahahaha.

Tempat makan yang dipilih Bu Kadis memang kelewat keren. Namanya Sari Raras. Dilihat dari namanya jelas rumah makan ini pasti cantik. Memang benar. Dari rumah makan ini kita dapat melihat hamparan waduk Gajah Mungkur yang membiru, indah sekali. Bagaimana dengan rasa masakannya. Pilihan Bu Kadis jangan diragukan. Masakannya mantab sekali. Setelah makan, kita selfa selfi lagi.






Berbagai ekspresi kebersamaan dan kegembiraan di Sari Raras Resto

Saatnya pulang. Kami melangkah gontai ke dalam bus. Kekenyangan! Di dalam bus kami merebahkan diri di sofa sembari makan tempe goreng yang tersisa. Lho, katanya kekenyangan? Warga Grup Sarwo Edy ki cen embuh, kok.

Kita pulang membawa sejuta cerita, kenangan, dan kerinduan. Kapan kita seperti ini lagi dalam formasi yang lebih lengkapa. Silakan dirembug Bu Guru dan Bu Kadis. Kami manut saja. Manut wong dijajakke kok ra manut. Wakakaka.

Comments

  1. Awesome (baca: asem :-)) Pasar Esuk Paguyuban Sarwo Edy Sukoharjo! Miss you alllll!

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Ramadhan Tempo Doeloe

The Legends of Sukoharjo

Trilogi Pesta Reuni: (1) Kami Memberi Reuni, Bukan Janji...!