Hari Yang Hangat, Renyah, dan Supercreamy





Sepenggal kisah, 27 Desember 2017.


Rumah besar bergaya Saskia Gothik itu memang biasa dijadikan basecamp untuk acara ketemuan para mantan..eh, para reuniwan dan reuniwati kelas A22 angkatan 88. Kehangatan langsung terasa begitu memasuki halaman rumah itu. Sambutan nyonya rumah yang kemriwik bak burung habis dikasih kroto itulah yang menyebabkan suasana hangat tersebut. Hangat, sehangat teh yang tersaji di pagi menjelang siang itu. Oya, tehnya nikmat banget, En. Pahitnya pas, sepetnya ada, manisnya tak berlebihan, dan gairahnya menggelora halah. Apalagi didampingi tempe selimut dan singkong, lengkap sudah eh…dus bakpianya itu ada isinya nggak sich hahaha…..
 
Sajian pembuka sudah mengundang selera
Eko dan Udin tampak duduk berdampingan tapi tak banyak bicara. Mungkin ada hambatan komunikasi di antara mereka. Eaaa. Eh, jangan-jangan mereka berdua sedang sibuk menata hati yang mungkin lagi atraksi akrobatik jumpalitan kian kemari atau lagi berayun-ayun seperti Tarzan kurang kerjaan gitu ya auwooo uwooo…. Maklum, pada hari yang dijanjikan itu akan datang tamu istimewa yang daya guncangnya cukup untuk membuat hati porak poranda hahaha. Pokoknya cetar membahana badai cempaka lah hahaha.
 
Eko harus undur diri sebelum acara mulai
Barangkali karena efek yang tidak bisa dibayangkan itulah, Eko akhirnya pamit undur diri. Katanya sih mau nganter kakaknya ke mana gitu. “Alasan!” kata Bambang dengan ngawurnya hahaha. Kedatangan Mbok Dhe Surip dengan buah naganya tak cukup memadai untuk mencegah kepergiannya.

Detik berlalu. Tinoek datang. Beberapa menit kemudian Harni menusul. Memang hebat teman-teman A22 ini. Kalau ada ketemuan semacam ini mereka spontan membawa apa saja yang bisa dibawa. Tinoek bawa bika ambon, Harni bawa sekeranjang duku, sementara saya bawa sekeranjang masalah hahaha. Itu belum semua. Di rumah masih ada sekeranjang cucian, tapi berat bawanya.
 
Dukunya maniiss sekali.....
Menit merangkak. Tamu istimewa belum datang juga. Terpaksa kita menyantap appetizer duluan…. PLENCING….makanan idola sepanjang masa yang pedasnya mengalahkan semprotan Bu Subangun dan pedihnya mengalahkan kenangan akan mantan hahaha. Hidup itu pedih, jenderal! Hosh…hosh…hosh! Air mana air…!
 
Plenciiiiiiiiing.....
Di saat mulut dihajar rasa pedas dan pedih itulah, Harjani datang bersama belahan dan dua buah hatinya. Clesss. Mendadak rasa pedas lenyap seketika. Eaaa. Jadi pingin nambah lagi nih plencingnya. Sambel mana sambel. Duuuh, sambelnya manis amat sich! Ternyata hidup itu manis, jenderal!

Haduh. Perasaan kocar kacir bagai pedagang kaki lima diuber-uber satpol PP. Har, kamu itu sejenis sendok ya? Senengnya kok mengaduk-aduk perasaan! Uhuk.

Begitu datang, Harjani langsung …..makan! 😂 Ya elah Har, tadi nggak sempat sarapan kali yaaa….hahaha (just kidding ding). Yang benar langsung cipika cipiki. Tapi, saya sama Udin nggak kebagian *nelan ludah 😋. Mendadak suasana menjadi renyah. Kemriyek. Seperti karak curah  diinjak tirex memanggul karung beras. Kriyek! Kriyek! Kriyek!

Beberapa saat kemudian Bandari datang. Masih berseragam. Bolos nih ye! Iye. Demi menyambut tamu istimewa katanya. Tinoek juga. Saya juga ding. Rasanya sayang sekali kalau momen luar biasa ini dilewatkan begitu saja.
 
Dua tamu istimewa ituh.....
Tiba-tiba terjadi huru-hara di luar sana *lebaaaayy. Ndari yang satunya datang bersama belahan jiwanya, Mas Ngadino. Perasaan pernah lihat Mas Ngadino di mana ya? Ah, iya! Di Fesbuk! Mas Ngadino ini posturnya tinggi bener. Serasi banget dengan Ndari, saling menutupi, eh melengkapi. Kalau dalam ilmu ekonomi ibarat barang komplementer gitu. Seperti kopi, gula, air, sendok, dan cangkirnya. Banyak amaaat!

Suasana yang sejak tadi sudah kemriyek berubah menjadi seperti pasar tumpah. Maklum emak-emak lagi ngumpul. Jangan macem-macem sama rombongan emak-emak kalau nggak mau kelar hidup lo! Eh si itu anu ya, si ini itu ya, si dia kabarnya gimana. Hahaha.
 
Para emak-emak ituh....


Sekalipun ketemuan ini bersifat mendadak, siang itu suasana meriah sekali. Akrab dan creamy sekali. Namanya juga mendadak tentu nggak semua bisa datang. 

Asih nggak bisa datang karena menemani suaminya yang sedang operasi (semoga lekas sembuh ya, Sih). 

Unik juga nggak bisa datang karena baru nyampai dari Kebumen ("Alasan!" kata Bambang yang juga beralasan sudah berangkat ke Karawang halah podho ae Mbang). 

Trimur juga nggak bisa datang karena ada urusan (mbayangin kalau ada Trimur pasti makin heboh dengan cerita keramas gasiknya xixixi). 

Ipung juga lagi sibuk dengan jamaahnya hehe. 

Amy juga nggak bisa datang karena sedang tanggapan orjen tunggal di Somalia 😆. 

Alkid yang ditunggu-tunggu juga nggak datang (sudah dihubungi berkali-kali nggak nyambung, mungkin sengaja menghindar dari Harjani, nggak kuat imannya kali kalau ketemu Harjani hahaha).

Terlepas dari kekurangannya ketemuan kali ini sungguh luar biasa. Sulit diungkapkan dengan kata-kata. Ndari sampai lupa kalau bawa suami. Haduuh. Maaf ya, Mas Dino. Kamu tidur aja dulu....
Mas Dino sampai ketiduran nungguin bininya lagi kangen-kangenan...duuuh!


Ah, andai saat itu libur penuh, ingin menghabiskan waktu bersama hingga malam ini. Mungkin satu saat nanti. 

Duuuh, tumpangnya belum dibahas ya.......... Wauw, mantap banget tumpangnya. Lebih komplit lagi pendampingnya. Ada ayam goreng, gembus bacem, karak, tempe, tahu, dan rombongannya. Alhasil, bukan sekadar tumpang lagi, melainkan tumpang tindih. Komplit. Makasih buat Eny yang dengan sepenuh hati menyambut kami. Juga Mbak Harsi, salam kenal, Mbak. Oya juga Princess Surem yang wajahnya innocent banget hahaha. 


Udah ya, capek nih. Bravo A22.   










Comments

Popular posts from this blog

The Legends of Sukoharjo

Ramadhan Tempo Doeloe

Trilogi Pesta Reuni: (1) Kami Memberi Reuni, Bukan Janji...!