Ramadhan Tempo Doeloe
Tak terasa kita telah berada di bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya banyak kisah yang sayang untuk tidak diceritakan. Atas masukan Brader Imam (masukan yang bagus brader), saya nekat membongkar gudang Ramadhan lalu menuangnya dalam sebentuk celoteh, sebatas celoteh, sekadar celoteh tentang masa lalu. Jangan dipakai untuk ngisi kultum ya #benerin kaca mata
Yuk, kita mulai!
maraknya iklan sirup di televisi merupakan pertanda akan datangnya bulan suci
Jika saat ini kedatangan Ramadhan dapat dideteksi melalui televisi (jika iklan sirup mulai marak di televisi, itulah pertanda akan datangnya bulan suci), dulu kedatangan Ramadhan dideteksi melalui ada tidaknya kenduri. Lho (membaca ini boleh sambil melongo) kok bisa kenduri?
Kenduri tersebut dalam rangka acara ruwahan. Tradisi yang legendaris inidilakukan pada pertengahan bulan Ruwah. Saat itu masyarakat membuat semacam kenduri yang ditempatkan di atas baki (beri) kemudian dikumpulkan di rumah salah satu warga untuk didoakan. Satu set kenduri biasanya terdiri atas nasi, mi, telur dadar, sambel goreng, kedelai hitam goreng sangrai, cenggereng (peyek kacang atau kedelai), sambel goreng tahu, komplit pokoknya. #nelen ludah
Selesai didoakan, makanan saling ditukar secara acak (bukan diacak-acak). Pertukaran makanan ini membuat seseorang bisa menikmati masakan
tetangganya, yang tidak dia tahu siapa. Kalau kebetulan dapat makanan enak, hati
riang gembira sebaliknya kalau mendapat makanan yang nggak enak, ya nggak
apa-apa, tidak boleh kecewa. Paling cuma mbesengut. Sungguh kearifan lokal yang luar biasa.
Tidak semua orang bisa mengirimkan kenduri di acara ruwahan. Mereka yang
tidak mengirimkan kenduri biasanya justru dikirimi makanan. Betapa hebatnya
nilai kearifan lokal ini.
Bagi saya (yang jarang makan enak), acara ruwahan terbilang istimewa karena
pada saat itu bisa dipastikan banyak makanan enak. #nelen ludah lagi
Oya, saat ini ada fenomena baru menjelang Ramadhan, yaitu saling minta maaf
secara kolosal melalui media sosial. Saking kolosalnya, frase “mohon maaf lahir
batin” menjadi viral dan sempat dianggap spam oleh fesbuk. Saking kolosalnya
pula, kata “maaf” pun mendunia, sampai-sampai mesin ATM pun ikut-ikutan minta maaf,
“Maaf, saldo Anda tidak mencukupi!” #nangis
Dulu nggak ada yang namanya maaf-maafan menjelang Ramadhan. Alih-alih
maaf-maafan, sehari menjelang Ramadhan orang malah megap-megapan! Megap-megapan
karena klelep di kali saat padusan. Iya, kan? Halah ngaku aja!
Padusan merupakan ritual yang tak boleh dilewatkan menjelang Ramadhan. Banyak
kali yang dapat digunakan untuk melaksanakan ritual ini. Kalau di tempat saya
ada Kali Ngerukem, kali legendaris yang diselimuti misteri (konon di bawah
jembatan Ngerukem ada ular besar yang matanya sebesar berko dan dihuni juga
oleh onggo inggi yang suka menarik kaki hiiii....). Atau bisa juga di Kali Jati
(saluran irigasi) sebelah barat Waduk Mulur. Di sini arusnya deras. Berenang melawan
arus di sini dapat memacu adrenalin dan membuat acara padusan menjadi heroik!
Kalau mau berkelas, padusan di mata air Cokro, Klaten. Dulu, hanya
orang-orang tertentu punya kesempatan padusan di Cokro, minimal punya sepeda
motor. Padusan di Cokro memang wuih tenan. Keren pokoknya. Apanya yang keren? Udahlah
pokoknya keren! #penasaran
Masuk bulan puasa, biasanya sekolah libur. Jadi, yang pengen ketemu buah
hati di sekolah harus menahan diri. Namanya puasa (berasal dari bahasa Sanskerta,
upwasa) ya harus bisa menahan, baik menahan emosi maupun rindu. Jadikan rindu
sebagai energi esok hari saat berjumpa dia...Uhuk!
Berikutnya, ritual beli sendal. Mau taraweh, bo! Malu kalau pakai sendal,
udah jepit jebat pulak! Tak heran, memasuki bulan Ramadhan, toko sendal sampai
kehabisan stok. Waktu itu sendal yang lagi ngetren adalah merek Swallow. Hati-hati,
ada Swallow aseli (yang karetnya empuk dan halus) dan Swallow bajakan (yang
karetnya keras dan kasar). Kalau cuma untuk gaya-gayaan beli yang bajakan. Lagian
kalau dibawa ke masjid besar risikonya untuk hilang hahaha.
Pagi-pagi in early morning, sehabis salat subuh, biasanya dilanjutkan
jalan-jalan pagi. Jalan-jalan yang tak tentu arah. Yang perempuan biasanya masih pakai rukuh
alias mukena. Yang laki-laki masih pakai sarung dan kopiah. Acara jalan pagi biasanya
didominasi oleh pasangan muda mudi yang lagi pacaran. Tak pelak, acara jalan
pagi ini menjadi semacam siksaan tak terperi bagi para jones (jomblo ngenes). Pengalaman
pribadi ya, Mas? #mengangguk penuh malu
Saat berbuka adalah saat yang ditunggu-tunggu. Azan maghrib menjadi acara
favorit. Lima menit sebelumnya asyik
manyimak RSPD demi mendengar suara azan yang mengalun merdu. Khusuk. Iya, dulu
nggak model meme-meme semacam ini:
“Bro, nek poso ki entuk ngulu idu po ra?”
“Entuk wae, asal ora mbok campur karo es degan!”
Kolak adalah menu yang wajib ada saat berbuka. Varian kolak pun banyak. Ada
yang pakai kolang kaling, ada yang pakai pisang, ada juga yang pakai singkong. Kalau
bagiku sih yang penting ada kamu, Dik #apasik
Menu buka berikutnya yang hampir selalu ada adalah es batu. Maksudnya orang
beli es batu untuk mendinginkan beberapa bahan baku seperti teh, sirup, degan, termasuk
kolak itu tadi. Tak heran jika pada bulan puasa penjual es batu tiba-tiba
menjadi idola, kewalahan diserbu ibu-ibu, terutama para mahmud.
Bagaimana dengan acara buka bersama? Dulu nggak begitu ngetren acara buka
bersama. Selain boros, juga dilarang agama. Eh? Lha iya, kita kan dilarang buka
aurat. Sigh! Oya, dulu bagi yang punya uang, es teler boncel cukup kmprehensif
untuk menjadi tempat berbuka bersama. Lokasinya di timur balai desa Sukoharjo
kemudian pindah di utara perempatan Carikan. Es telernya enak. Kalau di situ
saya seringnya pesan es degan #nggak nyambung banget!
Pertengahan Ramadhan, masjid mulai sepi. Penggemar jalan pagi mulai bisa
dihitung dengan jari. Suara mercon di sana sini. Yang, jomblo tetep aja sepi.
Ehem!
Begitulah.
Saat menjelang lebaran, semua nyaris tumpah di pasar, takut nggak kebagian.
Yang lagi asyik pacaran sibuk cari kartu lebaran. Ada yang pernah dapat kartu lebaran dari
special someone? Hayooh ngaku! Ada yang masih nyimpen kartu lebaran?
PERCAYALAH! Usai baca ini ada yang bongkar-bongkar lemari, nyari kartu lebaran sambil senyum cengar cengir sendiri xixixi ...
Buat yang sibuk bongkar lemari, dan lupa seperti apa bentuk kartu lebaran, simak ciri-ciri kartu lebaran berikut ini.
- Berbahan kertas agak tebal dilipat, mirip ulem, dan permukaannya halus
- Bergambar masjid, ketupat, atau bedug, jarang yang gambar binatang
- Ada tulisan “Minal Aidin Wal Faizin Mohon Maaf Lahir Dan Batin”, yang harganya mahal warnanya emas, yang murah warna biasa atau malah harus nulis sendiri pakai pulpen
- Yang harganya mahal, gambarnya timbul (embos) yang murah gambar datar (flat) atau malah nggak ada gambarnya
- Banyak macam warnanya, ada yang warna pink, kebanyakan putih, coklat, krem, dan ada yang hijau toskah
- Kadang ada kata-kata romantis seperti: “Maafkan aku bila sampai detik ini aku tak bisa berhenti menyayangimu...” Eaaaa!
Demikianlah sekelumit kisah mengenai Ramadhan zaman kita-kita dulu. Sebagai
penutup, sekaligus sebagai bonus, ehem, saya persembahkan puisi berikut.
Puisi Puasa
di taman-taman, bunga menguncup
di ranting ringkih, ulat menjelma kupu
langit membunyikan suara surgawi
puisi melompat riang dalam gerimis
menyerbu dari setiap sudut pagi
aksara puisi
lalu seperti sedetik mata mengerjap
taman-taman mulai merindu
rindu nyanyian bunga-bunga
dalam setiap tarikan nafas
dihembuskannya gemuruh renjana
aksara puasa
klaten, 7 Juni 2016
Hahaha... Seger banget tulisannya..top deh.. Btw itu foto gak nyambung.. kalee
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteHahaha....fotone angel sing golek. Asal tempel ae... hahaha
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteUnikkkk...kalo brader mintarjo emang jago tentang tulisan.., tapi kalo mslh kasih sayang, aku jauh lebih jago lho..wakkk. kiddingggg..proud of you brader.. hugs for all.. btw pengin juga sih fotoin klg A2288 versi update
ReplyDeleteUni Nasiri ki sopo to Mint?
ReplyDeleteImaaam... Wakk...
ReplyDeleteNurdiiiinn... :)
Imaaam... Wakk...
ReplyDeleteNurdiiiinn... :)
Mantap, Mint. Nostalgia ruwahan & padusan.
ReplyDeleteWow Brader Imam, side job-nya keren, fotografer.
Uni Na'sir sopo, Din?
Braderr aguss.. miss u so bad..
ReplyDeleteKui nang Foto kok do ra nggowo HP yo?
ReplyDelete